Kamis, 25 November 2010

Tawa Kecil

Kamis malem 25 November 2010, saat aku n temen aku lagi ngumpul di kamar kost aku, tepatnya buat ngerjain salah satu tugas kelompok. temen aku (Afina Susanti) bilang "Nik2, tadi Afin nyari2 apa gitu di google, eh muncul nanik supiati gt.."

Wah aku pun langsung exited,,
Hmm, apalah itu istilah inggris2, yg jelas aku langsung kaget tapi juga seneng n nanya lagi ke temen aku.."emang afin nyari apa?". "Ga tau lupa, tiba2 muncul aja nanik supiati", kata si Afin. "Wah, itu di urus atuh nik, kamu mah", celoteh Dewi Sintia dengan logat sunda, hihihi..^^V

Huu, aku pun langsung nanya om google n ngetik satu kunci kata "Multimedia Pembelajaran Fisika". (Hee, ini mah kalimat ya bukan kata..)
N seketika itu juga om google langsung menampilkan postingan blog aku...
waaaah, senengnya. setelah sekian lama, ternyata blog aku muncul juga di daftar om google yang membantu sejuta umat ituuu...\^.^/

Emang sih sedikit lebay, tapi whatever lah. yang penting si aku seneng...
N sebenernya, coretan ini gag pantes juga sih diposting di sini, tapi gpp lah ya..^^

Sabtu, 08 Mei 2010

MUSIK FISIKA

Temen-temen "fisika kita", ternyata kalo ilmu yang kita dapat dituangin dalam musik itu enak juga loch, termasuk fisika. Nah berikut adalah beberapa musik fisika yang dapat temen-temen fisika kita nikmati..^^

Physics Song:
1. Quantum Mechanics Music
2.
The Electromagnetic Spectrum Song - by Emerson & Wong Yann (Singapore)
3.
Newton's Third Law: Touch This (Low Resolution)

Jumat, 07 Mei 2010

MULTIMEDIA PEMBELAJARAN FISIKA

Pengertian Multimedia Pembelajaran


Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi secara terintegrasi. Multimedia terbagi menjadi dua kategori, yaitu: multimedia linier dan multimedia interaktif.


Multimedia linier adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh penguna. Multimedia ini berjalan sekuensial (berurutan), contohnya: TV dan film.Multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya. Contoh multimedia interaktif adalah: multimedia pembelajaran interaktif, aplikasi game, dll. Sedangkan pembelajaran diartikan sebagai proses penciptaan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Jadi dalam pembelajaran yang utama adalah bagaimana siswa belajar. Belajar dalam pengertian aktifitas mental siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku yangbersifat relatif konstan.


Untuk lebih lengkapnya anda bisa mendownload dalam bentuk ppt di sini.

Rabu, 05 Mei 2010

SEJARAH FISIKA

MAKALAH

MENGENAL KEHIDUPAN ISAAC NEWTON

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Fisika

dari dosen Drs. Asep Sutiadi, M.Si



Oleh:

Kelompok 14

Desy Amaliasari (0700628)

Dewi Sintia Nurhayati (0700639)

Indah Purwaningsih (0707947)

Nanik Supiati (0706574)

Ryanti Puspitasari (0704200)

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2009


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia fisika tidak pernah lepas dari kehidupan sehari-hari dan sangat erat hubungannya dengan alam. Dalam hal ini banyak ilmuwan yang menyumbangkan ide-ide briliannya. Terkait hal tersebut ada seorang ilmuwan yang ahli dalam bidang fisika, matematika, astronomi, kimia dan ahli filsafat yang lahir di Inggris. Dia adalah Sir Isaac Newton.

Dalam dunia EXACTA, nama Sir Isaac Newton bukanlah nama yang asing. Dia dikenal dan diakui sebagai ilmuwan terbesar sepanjang masa. Teori-teorinya di kemudian hari menjadi tonggak penting dalam ilmu fisika. Semua ilmu yang diwariskan Newton tadi nantinya terpakai untuk menjawab banyak peristiwa alam, mulai dari goyangan pendulum sampai gerak-gerik planet dalam orbitnya. Berkat penemuan Newton pula, para ahli bintang dapat memecahkan teka-teki alam semesta atau meramalkan gerakan bintang dan posisi planet.

Di samping itu, Newton juga melahirkan teori tentang asal muasal bintang-bintang di langit seperti yang kita ketahui sekarang. Tak aneh jika kemudian ia juga dikenang sebagai astronom besar. Ia juga menciptakan berbagai teori lainnya, seperti teori penyelidikan tentang panas, teori tentang suara, dan banyak lagi.

Dengan segala karya yang telah ia buat serta teka-teki alam yang sudah dia pecahkan, Isaac Newton memang sangat pantas menyandang gelar ilmuan besar. Kendati ia telah menghadap kepada Sang Maha Pencipta pada 20 Maret di Kensington, London, Inggris di usia 85 tahun, namun berbagai penemuan dan prakarsanya telah mampu merevolusi pikiran, cara hidup manusia, dan menstimulasi penemuan-penemuan lainnya hingga sekarang.

Lantas bagaimanakah kisah hidup tokoh yang punya visi dan pemikiran luar biasa ini? Oleh karena itu penyusun menyusun makalah yang diberi judul “Mengenal Kehidupan Isaac Newton.”

B. rumusan Masalah

Untuk memberikan pedoman dan arahan bagi langkah – langkah penyusunan makalah, maka diadakan perumusan masalah secara spesifik sebagai berikut:

  1. Bagaimana kisah hidup Newton?
  2. Apa saja penemuan-penemuan Newton yang disumbangakan terhadap perkembangan ilmu fisika?

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah memberikan informasi kepada pembaca untuk mengenal kehidupan salah satu tokoh fisika yaitu Isaac Newton beserta penemuan-penemuannya. Selain itu untuk memberikan motivasi kepada kita semua untuk terus berkarya dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Fisika.

D. Metode Penyusunan

Metode penulisan yang dilakukan adalah studi pustaka, yaitu metode dimana penulis menggunakan buku-buku, atau media lainnya seperti internet sebagai pedoman penyusunan makalah ini.

E. Sistematika Penyusunan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka berikut ini penulis membagi pokok pembahasan yang terdiri atas:

BAB I Pendahuluan, berisikan tentang uraian latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan

BAB II merupakan bagian yang memuat uraian tentang Sumbangan Indonesia terhadap Perkembangan Fisika

BAB III Penutup, berisikan Kesimpulan dan Saran

BAB II

PEMBAHASAN

A. Masa-masa Awal Isaac Newton

Isaac Newton lahir pada tanggal 25 Desember 1642 di Woolsthrope, Inggris. Newton lahir secara prematur, dimana saat itu bayi prematur tidak diharapkan kehadirannya di dunia. Sepanjang hidupnya Newton tidak mengenal ayahnya, karena ketika ia lahir sang ayah sudah meninggal. Ayah Isaac Newton meninggal tiga bulan sebelum Newton lahir dan dua tahun kemudian ibunya, Hannah Ayscough Newton, menikah dengan seorang pendeta dari desa North Witham dekat tempat tinggal mereka. Dan setelah menikah ibunya meninggalkan Newton dengan neneknya.

Newton memulai sekolah saat tinggal bersama neneknya di desa dan kemudian dikirimkan ke sekolah bahasa di daerah Grantham dimana dia akhirnya menjadi anak terpandai di sekolahnya.

Semenjak kecil Newton sudah menunjukkan bakatnya yang hebat di bidang mekanika ditambah tangannya yang begitu cekatan. Namun, kendati otaknya cemerlang, Newton tidak begitu kelihatan tertarik belajar di sekolah, sehingga ia luput dari perhatian para guru yang selalu mengincar anak pintar.

Melihat anaknya yang seperti malas sekolah, sang ibu sempat terpikir untuk mengeluarkan Newton dari sekolah dan menyarankan untuk menjadi seorang petani. Untungnya Newton bisa membujuk ibunya kalau minat dia sebenarnya bukan mencangkul tanah, biarpun dia cekatan.

Sejak usia 12 hingga 17 tahun, Newton mengenyam pendidikan di sekolah The Kings School yang terletak di Grantham (tanda tangannya masih terdapat di perpustakaan sekolah). Saat bersekolah di Grantham dia tinggal di-kost milik apoteker lokal yang bernama William Clarke. Sebelum meneruskan kuliah di Universitas Cambridge, Newton sempat menjalin kasih dengan adik angkat William Clarke, Anne Storer. Saat Newton memfokuskan dirinya pada pelajaran, kisah cintanya dengan menjadi semakin tidak menentu dan akhirnya Storer menikahi orang lain. Banyak yang mengatakan bahwa Newton selalu mengenang kisah cintanya walaupun selanjutnya tidak pernah disebutkan Newton memiliki seorang kekasih dan bahkan pernah menikah.

Perjalanan hidup Newton, khususnya dalam bidang pendidikan tidak semulus itu. Ketika Newton masih berusia 14 tahun, ayah tirinya meninggal dunia. Hal ini tentu sangat berat baginya, sebab dalam keluarga Newton anak sulung yang harus memikirkan dan bertanggungjawab untuk kebutuhan keluarga, yakni ibu dan tiga orang adik tirinya. Sehubungan dengan kematian ayahnya, sekolahnya di King's College akhirnya terganggu, dia terpaksa tidak dapat meneruskan sekolah karena tidak punya biaya karena keluarga Newton hidup di bawah garis kemiskinan.

Menurut keterangan guru dan teman-teman sekolahnya di sekolah itu Newton terkenal pintar dan baik. Gurunya melihat bahwa di dalam diri Newton tersimpan potensi yang luar biasa, pemikiran dan pendapat-pendapatnya yang brilian. Lalu apa mau dikata, memang demikianlah kondisi keluarganya. Mempertimbangkan kondisi seperti itu, akhirnya King's College memutuskan untuk membebaskannya dari biaya sekolah. Akhinya Newton kembali lagi ke sekolah dan belajar sebagaimana teman-temannya yang lain. Pada akhirnya Newton dapat menamatkan sekolah pada usia 18 tahun dengan nilai yang memuaskan.

Pada usianya yang ke delapan belas tahun Newton menjadi seorang mahasiswa di Universitas Cambridge. Ia banyak belajar di kampus itu dengan cepat. Lebih dari sekadar membaca, Newton juga kreatif membuat percobaan dan penyelidikan sendiri. Rasa ingin tahu dan daya pikirnya yang sangat besar mendorongnya melakukan semua itu. Tak heran, ketika masih berumur dua puluh tahunan, ia sudah menemukan banyak dasar-dasar teori ilmu pengetahuan, yang nantinya bakal mengguncang dunia.

B. Masa Tumbuh Kembang Newton dengan Penemuan-penemuannya

Saat Newton melanjutkan pendidikannya di Trinity College, di Cambridge University, dengan cita-cita ingin menjadi pendeta Inggris. Ternyata lagi-lagi sekolahnya tidak berjalan mulus. Lagi-lagi Newton mengalami kendala masalah biaya kuliah dan kemiskinan. Akhirnya Newton harus putus kuliah. Dia tidak punya biaya untuk meneruskan studinya. Masalah-masalah yang di hadapinya ternyata tidak mengurungkan niat sucinya untuk terus membaca dan mempelajari Alkitab dengan ketat dan penuh kedisiplinan. Mengenai ujian yang tidak kunjung berhenti dari kehidupannya, dia berkata: "Ujian atau pencobaan adalah obat yang diberikan oleh Dokter kita yang Mahamurah dan Arif, karena kita memang memerlukannya; dan Dia sendiri yang menjatahkan seberapa sering dan seberapa berat pencobaan itu, sesuai kebutuhan kita. Mari kita mempercayai kepiawaianNya dan berterima kasih untuk resep yang diberikan".

Newton juga sangat menentang para atheis dan pahamnya yang berkembang dengan pesat pada saat itu. Paham tersebut berusaha meyakinkan orang untuk menyangkal eksistensi Allah sebagai Pencipta. Dia berpendapat "Atheisme sangat tidak masuk akal. Ketika saya mengamati tata surya, saya melihat bumi berada pada jarak yang ideal dari matahari, sehingga menerima panas dan cahaya dalam jumlah yang ideal pula. Ini tidak mungkin terjadi secara kebetulan".

Bagi Newton para atheis adalah orang-orang bodoh yang sedang mendatangkan murka atas dirinya sendiri. Kalau kita mengamati Tata surya, cukup menjadi jawaban bagi kita untuk menghargai Kemahakuasaan Allah. Cukup menjadi alasan bagi kita untuk memuji keagungan dan kehebatanNya.

Setelah perang saudara di Inggris selesai, Newton kembali melanjutkan pendidikannya untuk mendapatkan gelar sarjana. Sambil kuliah, Newton terus melakukan penelitian. Yang menarik adalah ketika Newton sedang menyelidiki gerakan planet, dengan jelas dia merasakan bimbingan tangan Tuhan.

Penemuan-penemuan Newton dan Kontribusinya terhadap Alam

Penemuan yang pertama adalah tentang cahaya. Dulu orang beranggapan warna putih merupakan warna tunggal atau warna murni. Tapi, lewat serangkaian percobaan seksama, Newton menemukan sekaligus membuktikan, warna putih merupakan campuran dari tujuh warna berbeda yang sama dengan warna-warna pelangi, yaitu merah-jingga-kuning-hijau-biru-nila-ungu (Mejikuhibiniu). Teori ini kemudian ngetop dengan istilah Pembiasan Cahaya.

Tak hanya puas dengan penemuan pembiasan cahaya, Newton membuat percobaan lain yang masih ada hubungannya dengan cahaya. Kali ini ia melakukan pemantulan cahaya. Dari urusan bias-membias dan pantul-memantulkan cahaya ini, kemudian Newton berhasil membuat sebuah benda yang bernama teropong refleksi. Kelak temuannya itu digunakan oleh sebagian besar penyelidik bintang.

Setelah penelitian di bidang cahaya, Newton kemudian mendalami bidang mekanika. Lagi-lagi teorinya di kemudian hari menjadi tonggak penting ilmu fisika. Mekanika merupakan bidang kajian yang berhubungan dengan bergeraknya suatu benda. Seputar hal ini, Newton menemukan beberapa teori sekaligus. Pertama, teori suatu benda yang bergerak karena pengaruh kekuatan luar. Kedua, yang paling terkenal, teori yang menyatakan setiap benda melakukan aksi gerak pasti ada gerak tandingannya (reaksi) dengan besar yang sama tapi arahnya bertentangan. Ketiga, teori gaya berat atau gravitasi.

Semua ilmu yang diwariskan Newton tadi nantinya terpakai untuk menjawab banyak peristiwa alam, mulai dari goyangan pendulum sampai gerak-gerik planet dalam orbitnya. Berkat penemuan Newton pula, para ahli bintang dapat memecahkan teka-teki alam semesta atau meramalkan gerakan bintang dan posisi planet.

Di samping itu, Newton juga melahirkan teori tentang asal muasal bintang-bintang di langit seperti yang kita ketahui sekarang. Tak aneh jika kemudian ia juga dikenang sebagai astronom besar. Ia juga menciptakan berbagai teori lainnya, seperti teori penyelidikan tentang panas, teori tentang suara, dan banyak lagi.

Dengan segala karya yang telah ia buat serta teka-teki alam yang sudah dia pecahkan, Isaac Newton memang sangat pantas menyandang gelar ilmuan besar. Kendati ia telah menghadap kepada Sang Maha Pencipta pada 20 Maret di Kensington, London, Inggris di usia 85 tahun, namun berbagai penemuan dan prakarsanya telah mampu merevolusi pikiran, cara hidup manusia, dan menstimulasi penemuan-penemuan lainnya hingga sekarang.

Selain itu Newton juga melakukan penelitian di bidang Mekanika. “Hukum Alam dihasilkan oleh karya Isaac Newton (1642-1727). Kontribusinya pada apa yang sekarang kita kenal sebagai Alam adalah yang terhebat yang pernah dihasilkan oleh seorang individu, namun bukan semata-mata karena hal ini saja dia menjadi tokoh utama cerita kita. Tidak seperti para ahli sains yang hidup sebelum dia, karya Newton menghasilkan pengaruh yang dramatis pada seluruh kebudayaan. Kejeniusannya tidak disambut dengan hinaan dan hukuman seperti yang ditimpakan pada Galileo atas kejujuran dan keterusterangannya; hambatan hanya timbul dari argumen konstan personal -secara berurutan- mulai dari Hooke dan kemudian Leibniz. Karyanya menciptakan suatu filsafat alam yang menyeluruh, dan memulai populerisasi sains pada masyarakat umum yang berbahasa Inggris. Dikungkungi oleh Gereja, Ratu dan Pemerintahan, masa pra-kejayaan Newton menjadi pusat di mana masyarakat kerajaan mulai menata ulang keunggulan sains dan intelektualnya.
Newton datang pada saat yang tepat. Para pengikut Copernicus telah menempatkan sains di atas suatu wacana yang tidak lagi memandang manusia sebagai pusat dari segalanya. Galileo telah mengembangkan metode matematis pada perkembangan yang kemudian mengundang masalah di masa selanjutnya. Berbagai bentuk komunikasi dan lahirnya masyarakat-masyarakat sains telah mempercepat pertukaran ide dan informasi. Tingginya eksperimen aktif dibandingkan dengan observasi pasif, telah menarik ahli yang memiliki kemampuan tinggi pada kegiatan sains. Berbagai instrumen didisain dan diciptakan untuk tujuan tertentu dalam proses observasi dunia secara lebih luas dan detil. Apa yang diungkap oleh mikroskop dan teleskop memicu ketidakyakinan pada perhitungan.

Sementara Leonardo da Vinci –seorang praktisi genius di masa Renaissance menampilkan suatu perbedaan kepentingan yang mencolok dengan membuat katalog dan gambar untuk segala yang dia lihat, Newton melihat segalanya dengan suatu pemahaman terpadu yang mendalam. Dia -tanpa terkecuali- menemukan faktor umum yang esensial di balik fenomena yang pada permukaannya berbeda, dan sebagai hasilnya, dimulailah suatu penekanan kuat pada keteraturan matematis Alam daripada eksentrisitasnya. Kepercayaan dirinya memungkinkannya untuk mengisolasi suatu koleksi “Hukum Alam” yang amat besar yang hingga hari ini bertahan sebagai suatu taksiran yang tepat untuk pola pergerakan benda yang kecepatannya kurang dari cahaya. Begitu suksesnya ia sehingga di seluruh dunia teori Newton telah memunculkan realisme dengan kekuatan baru. Kini banyak yang percaya bahwa Newton telah menemukan hukum yang tepat atas Pencipta.
Newton melihat dengan jelas bahwa peninggalan Aristoteles yang telah didukung oleh cerewetnya kaum Skolastik adalah mandul. Ia mengemukakan suatu argumen tentang sifat bawaan dari berbagai benda yang memberikan alasan untuk berbagai sifat tersebut dalam daya intrinsik khusus dari benda itu sendiri. Newton tertarik untuk menemukan aturan-aturan umum yang menentukan bagaimana berbagai benda dapat tercipta; ia tidak tertarik pada masalah yang tidak mungkin terpecahkan semacam mengapa benda-benda tercipta, karena dia yakin bahwa sangat memungkinkan untuk mengatakan ‘bagaimana’ tanpa adanya referensi dari isu ‘bagaimana’. Pada pengantar untuk Principia, dia menulis bahwa di masa lalu para filsuf bekerja untuk memberikan nama pada benda, dan bukan mencari tahu sesuatu tentang benda tersebut. Dia melanjutkan usahanya memunculkan suatu metode saintis yang bertujuan untuk meluruskan penyimpangan ini. Tentang metode ini, dia berpendapat:
“prinsip yang saya kemukakan ini bukan sebagai kualitas gaib, seperti pada hasil dari bentuk spesifik benda, namun sebagai ‘Hukum Alam’ umum, di mana benda-benda tersebut terbentuk.”

Metode Newton tidak sepenuhnya revolusioner, dan kita dapat meyakini bahwa dia mengkaji aksioma dasarnya jauh setelah dia selesai menyusunnya dengan kegunaan intuitif dalam memecahkan masalah. Metode tersebut juga tidak cukup untuk memiliki suatu filsafat sains yang pas guna membuat penemuan yang alami.
Sebagai suatu pendahuluan untuk mengkaji hukum gerak Newton, mari kita lihat sejumlah hukum yang sama yang dikemukakan oleh Rene Descartes (1596-1650 C.E), yang meninggal lima tahun setelah Newton lahir. Descartes menyatakan hukum-hukum ini sebagai ‘aturan alam’ pada 1644, namun setelah 1647 ia ikut mengadaptasi istilah “hukum alam’. Hukum-hukum itu terlihat matematis. Hukum-hukum itu dihasilkan dari suatu observasi. Hukum-hukum itu menyangkal setiap sistem dari akibat final. Walau demikian hukum-hukum itu tidak tepat. Bagaimanapun bagusnya metode ilmiah dari para ilmuwan, sangat penting sekali bagi seluruh dunia untuk mengkajinya kembali dengan tepat.

Istilah ‘hukum gerak’ telah menjadi sesuatu yang lazim ditemukan dalam tulisan-tulisan Descartes, Huygens, Wallis, dan Wren untuk benturan antar objek. Hukum yang dikemukakan oleh Descartes sangat menarik sebagai suatu contoh ketidaktepatan hukum gerak yang telah disempurnakan oleh Newton. Hukum Gerak Descartes terdiri atas dua bagian, dan memprediksi hasil dari benturan antar dua massa:

  1. Bila dua benda memiliki massa dan kecepatan yang sama sebelum terjadinya benturan, maka keduanya akan terpantul karena tumbukkan, dan akan mendapatkan kecepatan yang sama dengan sebelumnya.
  2. Bila dua benda memiliki massa yang sama, maka karena tumbukkan tersebut, benda yang memiliki massa yang lebih kecil akan terpantul dan menghasilkan kecepatan yang sama dengan yang memiliki massa yang lebih besar. Sementara, kecepatan dari benda yang bermassa lebih besar tidak akan berubah.

Descartes telah memunculkan hukum ini berdasarkan pada perhitungan simetris dan suatu gagasan bahwa sesuatu harus ditinjau dari proses tumbukkan. Sayangnya, gagasan Descartes memiliki kekurangan yang sama dengan gagasan Aristoteles: masalah diskontinuitas.

Hal ini pertama kali digugat oleh Leibniz. Newton mengamati dunia secara lebih mendalam dan hati-hati dibandingkan Descartes, dan juga memiliki keuntungan dari pandangan pribadi Descartes sebelumnya. Hukum gerak yang dikemukakan Newton dipublikasikan pada tahun 1687, sekalipun telah teruji jauh sebelumnya. Tidak seperti ilmuwan di masa kini, Newton tidak terburu-buru mempublikasikan atau dengan kata lain, mengumumkan penemuannya. Bagaimanapun, ini mungkin hanya suatu konsekuensi dari kawan-kawannya yang sangat mengenali kinerjanya.

Sekali waktu, sebagai seorang yang mungkin saja menghadapi kemungkinan tentangan publik dan pejabat yang beragam seperti yang dialami Copernicus atau Galileo, Newton, ‘dengan wajah prisma dan diamnya’, mungkin akan merahasiakan berbagai penemuannya. Namun dia tidak melakukannya. Tiga hukum gerak Newton yang terpenting dikemukakannya sebagai berikut:

  1. Setiap benda tetap pada kondisi diam, atau membentuk gerak dalam lajur yang lurus, kecuali bila benda tersebut digerakkan agar berubah oleh kekuatan yang mendorongnya.
  2. Perubahan gerak proporsional dengan motif kekuatan yang mendorongnya; dan dibuat sesuai dengan arah garis lurus yang dibentuk kekuatan tersebut.
  3. untuk setiap aksi akan selalu menghasilkan aksi; atau, aksi mutual dari dua benda satu sama lain akan selalu sama, dan memiliki arah yang berlawanan.

Yang paling menarik dari pernyataan tersebut adalah hukum pertama. Biasanya, kita menjumpainya di sekolah dalam bahasa yang lebih familiar (Newton menulis aslinya dalam bahasa Latin), seperti pada ungkapan ‘benda beraksi dalam keadaan diam atau bergerak dengan kecepatan konstan’. Dalam draft terbarunya, Newton menulis hukum pertama seperti ini:

Bila suatu kuantitas bergerak, [atau digerakkan], maka dia tidak akan berhenti kecuali bila dihentikan oleh sebab eksternal,

Dan kemudian: Dengan kekuatannya sendiri, suatu benda akan selalu membentuk suatu garis lurus asal tidak ada sesuatu pun yang merintanginya,
Sebelum bagian akhir kalimat, diterjemahkan menjadi: Dengan alasan dayanya sendiri setiap benda mempertahankan posisi diamnya atau pergerakannya dalam suatu lajur lurus kecuali bila kemudian diubah dengan kekuatan yang mempengaruhinya. Pada kenyataannya, hukum ini berutang banyak pada Descartes, sebagai orang pertama yang menyampingkan ide bahwa pergerakan merupakan beberapa tipe proses dan dapat memaknai sifat dasar di mana sikap diam dan gerak lambat adalah sama. Pada 1644, dalam kamus Principia Philosophiae-nya yang terkenal, Newton memasukkan pendahuluan untuk hukum pertamanya:

Bila [suatu benda] dalam keadaan diam kita tidak dapat meyakini bahwa benda tersebut bergerak, kecuali bila didorong oleh penyebab eksternal. Juga mengapa kita harus berpikir bahwa benda bergerak atas keinginannya sendiri, tidak jika ada alasan lain bila benda tersebut bergerak, dan tidak ada benda lain yang merintanginya.

Deduksi Newton dibedakan dengan deduksi Descartes dalam caranya melalui sejumlah eksperimen dan observasi. Guna mendukung teorinya, Newton melakukan observasi atas proyektil, dedaunan dan planet. Perbedaan pun makin melebar karena Newton memandang bahwa saat gerakan tidak sama, suatu kekuatan beraksi. Dia juga memasukkan elemen universalitas dengan menulis pada paragraf pembuka, “setiap benda’. Kita dapat melihat adanya sesuatu yang kontras bila dibandingkan dengan Principia Philosophiae-nya Descartes saat Newton menyebut hasil kerjanya Philosophiae naturalis principia mathematica.

Hukum Newton yang pertama menyatakan bahwa bila tidak ada kekuatan yang mendorong maka tidak akan ada akselerasi. Bila anda melihat suatu benda bergerak dengan kecepatan yang berubah atau sejalan dengan suatu jalur yang bukan suatu garis lurus, maka ada suatu kekuatan jaringan yang bekerja atasnya. Bila anda mengingat kembali bagaimana hukum gerak Aristoteles berbeda; Aristoteles menyatakan bahwa kekuatan membuat gerakan bumi tidak teratur, dan dia juga menyatakan (namun hanya secara filosofis) bahwa gerakan benda-benda angkasa bersifat sirkular. Sirkular dibandingkan dengan gerakan pada garis lurus merupakan ungkapan natural dunia angkasa Aristotelian. Selebihnya, ketetapan alam atas gerakan objek dalam dunia terestrial. Newton mungkin ingin memberitahu Aristoteles bahwa kekuatan merupakan ‘penyebab efisien’ dari akselerasi. Lantas, apa yang membuat pernyataan Newton yang mengagumkan menjadi menarik adalah bahwa baik Descartes maupun Newton juga orang lain tidak ada yang pernah melihat suatu benda bergerak tanpa didorong oleh suatu kekuatan. Semuanya dapat merasakan bahwa kekuatan gravitasi digerakkan oleh benda lain di alam semesta, dan dalam situasi tertentu suatu benda biasanya akan merasakan pemisahan dari kekuatan lain yang tak terhindarkan sebagaimana mestinya.

Tidak diketahui adanya cara lain yang dapat mengisolasi benda dari kekuatan.
Kita tidak dapat memadamkan kekuatan alam begitu saja. Pada kenyataannya, beberapa dari kekuatan ini menyangga benda-benda solid secara bersamaan. Ini berarti bahwa Newton mencapai sesuatu yang jauh lebih memuaskan dari para pendahulunya; dia tidak lantas menulis begitu saja suatu deskripsi empiris dari apa yang terlihat pada alam, karena hukum pertamanya menggambarkan suatu situasi yang belum pernah terlihat, ataupun akan terlihat.

Penemuan ini tidak lantas begitu saja menunjukkan secara lugas tentang seperti apa dunia ini kelihatannya, karena tidak ada objek di dunia ini yang dapat memenuhi hukum tersebut; sekalipun Newton sendiri meyakini bahwa dia menggambarkan sesuatu yang berpijak pada realita, bukan ‘sekedar di permukaan saja’. Hal tersebut juga bukan sekedar pernyataan operasional: tidak mengatakan pada kita bagaimana mengukur kekuatan kecepatan. Hukum itu terlihat sebagai yang paling mendekati ide platonis. Newton mempertimbangkan suatu situasi ideal yang digambarkan oleh observasinya terhadap sejumlah situasi non ideal.

Para ahli fisika modern menyebutnya sebagai sebuah ‘model’. Dia memperhitungkan sejumlah keadaan pada keadaan di mana ada kekuatan yang beraksi atas suatu benda namun masing-masing saling tarik menarik, dan tidak menghasilkan suatu kekuatan jaringan aksi atas benda pada suatu penghitungan dalam derajat tinggi. Hukum pertamanya merupakan suatu kreasi pikiran dalam kondisi spektakuler. Hukum itu adalah sebuah abstraksi yang menangkap elemen-elemen esensial nyata. Hukum itu juga melibatkan suatu intuisi semacam pada macam apa kekuatan beraksi, dan memberikannya status yang sama.

Di kemudian hari, para ilmuwan mengikuti langkah ini untuk berbagai hal. Seni dalam memformulasikan ‘hukum alam’ yang baik menyatukan kemampuan untuk mengenali aspek mana saja dari suatu situasi yang tidak esensial. Tidak ada statement dari suatu ‘hukum alam’ yang dapat memperhitungkan seluruh faktor observasional yang terlibat dalam suatu fenomena alam tertentu.

Hal tersebut terlalu kompleks. Lebih jauh lagi, penandaan pada ilmuwan potensial adalah untuk melihat melalui tampilan dominan yang tidak esensial dan terkonsentrasi. Namun hukum yang dihasilkan harus dapat dipertahankan bila semua faktor yang tidak esensial yang menghindari tampilan sekunder dunia digambarkan dalam deskripsi kita. Salah satunya dengan tidak mengabaikan tampilan ini karena tampilan tersebut merupakan contoh yang aneh, namun karena tampilan tersebut tidak memperkenalkan poin prinsip baru. Bila inklusi mereka sekedar menghasilkan hukum yang salah, maka inklusi tersebut akan menjadi tidak esensial.

Saat ahli fisika Newtonian bermunculan, mereka memunculkan gagasan permukaan tanpa friksi, gas ideal, konduktor listrik sempurna, tumbukan inelastis, insulator sempurna, bidang sempurna, dan sebagainya. Tidak ada satu pun dari entitas ini yang eksis di dunia, namun suatu hukum yang paling berguna diformulasikan dalam kondisi bagaimana jadinya sifat ‘ideal’ objek bila membatasi keadaan dari suatu rangkaian paralel pada penghitungan situasi yang semakin mendekati bentuk ideal. Kemudian, kita menggunakan fungsi prinsip kontinuitas yang disebut bertentangan dengan hukum gerak Descartes, guna menghadirkan aspek-aspek hukum fisik yang lebih general. Objek ideal dipandang sebagai batas dari suatu rangkaian yang dapat teramati, daripada sebagai sebuah cetak biru. Pendekatan ini menjaga ide fisik dan filosofis yang dibuat Descartes.

Newton tidak pernah terlibat dalam debat tentang ide-ide Platonis. Hukum jenis ini memungkinkan seseorang untuk mengetahui sifat benda-benda nyata dengan memperluas pembiasan dari sifat ideal. Bila situasi yang kita harapkan untuk menggambarkan dengan jelas dan mendekati bentuk ideal sejalan dengan hukum yang kita percayai, kita mengharapkan sifat dari situasi nyata untuk semakin mendekati sifat yang disebutkan dalam hukum.

Pada prakteknya, sangat tidak mungkin bagi penghitungan dan observasi kita untuk dapat benat-benar akurat dan karenanya tidak ada cara lain bagi kita untuk mengetahui apakah suatu hukum benar atau tidak. Newton khususnya tertarik pada bagaimana penciptaan benda-benda di alam, dengan tidak secara filosofis. Mengapa benda-benda tersebut diciptakan atau untuk tujuan apa mereka hadir bukanlah apa yang ingin dia ketahui. Walau begitu, dia tidak memandang bahwa berbagai isu semacam itu sebagai sesuatu yang tidak bermakna atau tidak relevan; bagaimanapun, dia melewatkan sebagian besar waktunya untuk memenuhi keingintahuan metafisik dan teologisnya1. Newton memandang berbagai masalah tersebut sebagai pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya tidak diperoleh melalui observasi yang teliti dan interogasi eksperimental terhadap alam. Berdasarkan berbagai tulisan alkemis dan religius yang dibuatnya, yang beberapa diantaranya benar-benar mengkaji berbagai hal tersebut secara ilmiah, jelas sekali bahwa dia percaya bahwa beberapa pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan metode lain. Saat perjalanan kita mengarungi sejarah tiba di masa sekarang, kita akan menemukan bahwa beragam teori dan ide tentang semesta dan kehidupan di masa sekarang ini sama kisruhnya dengan masa lalu. Saat kita mulai mempelajari sudah sejauh mana para pemikir dan ahli di jaman sekarang mengkaji tentang semesta dan seisinya, saya sangat yakin, bahwa banyak di antara anda yang akan merasa terkejut dan kagum saat melihat bagaimana kita telah mempelajari rahasianya dan kemudian betapa sedikitnya hal yang telah kita ketahui. Newton dianggap telah mempersempit tujuan dari para filusuf alami, tetapi dia melakukannya untuk sesuatu yang berarti, dimana ia untuk pertama kalinya dapat membatasi perhatian mereka ke dunia masalah yang dapat terpecahkan. Dengan mempersempit tujuannya, dia dapat membuat pengakuan luar biasa dimana yang ia istilahkan spekulasi yang tak pasti yang sangat dicintai oleh pendahulunya “hipotesis”, tidak diperlukan dalam kegiatannya. Ada bukti yang menggelikan mengenai cara mendapatkan ‘Hukum Alam’, atau teori ilmiah, yaitu dengan mengalaminya sendiri: penyelidikan percobaan. Metode ilmiah ini masih kita gunakan sampai saat ini. Terlihat jelas suatu cara yang dilakukan dimana sulit membayangkan orang lain dapat memikirkannya secara berbeda – tetapi kita bisa.

Tradisi Aristotelian telah mendorong untuk melakukan observasi tetapi bukan percobaan. Ketika lawan Galileo dihadapkan pada bukti observasi yang dibuat dengan teleskopnya, pada pertamanya mereka mempertahankan bahwa itu tidak dapat dipercaya karena distorsi kenyataan yang dibuat oleh lensa serta benda-benda observasi lainnya. Ide untuk memanipulasi kejadian untuk mendapatkan informasi tentang dunia adalah ide yang asing bagi para tetua. Ide ini berkembang di Eropa yang dipengaruhi para pematung dan mekanik seperti juga yang dialami para filusuf alami. Metode Newton mengijinkannya untuk menyelidiki sifat dari sebuah fenomena melalui percobaan terkontrol untuk mencoba idenya secara sistematik. Banyak rekan seangkatan Newton yang masih ragu dalam menentukan sifat dari sesuatu berdasarkan data pengalaman praktis daripada beberapa prinsip yang menyangkut filosofi. Keraguan mereka tidak seluruhnya tak berdasar. Mereka percaya, seperti semua ide klasik tentang tujuan dari sesuatu cenderung akan mendorong seseorang untuk percaya, bahwa tidak ada penafsiran unik dari observasi yang dilakukan seseorang. Hal ini mendorong timbulnya bermacam-macam spekulasi tanpa motivasi untuk menentukan penjelasan yang unik dan benar. Malah, Newton tidak menentang penafsiran atau spekulasi seperti itu, tetapi hanya untuk mereka yang akan menggunakan hipotesis semacam itu sebagai alasan untuk tidak melakukan percobaan nyata ketika hal tersebut memungkinkan. Ketidaksukaannya kepada ‘hipotesis’ merupakan reaksi normal seseorang yang sedang dirasuki sesuatu yang superior dalam membedakan yang benar dari yang salah.

Semenjak itu, pernyataan umum filosofis tidak lagi menerima status ‘Hukum Alam’. Hanya pernyataan yang telah melewati pemeriksaan percobaan dengan sejumlah fakta pengalaman, akan menerima penghargaan. Newton menyelesaikan pemisahan antara arti dan metode dari ilmu.

Perbedaan antara ilmu Newtonian dan ‘hipotesis’ digambarkan secara jelas dengan penemuan kedua Newton yang hebat: fungsi dari matematik. Ini adalah metode dimana kemungkinan baru akan dikembangkan untuk dites melalui percobaan. Fisika Newtonian adalah fisika matematika. Pada semua penyelidikannya, Newton terlihat menggambarkan ‘Hukum Alam’ dengan istilah matematika, sehingga mereka tidak akan tidak jelas.

Apabila matematika yang diperlukan tidak dapat ditemukan, dia membuatnya sendiri. Dengan cara ini, beberapa perangkat matematika yang penting yang ditemukan diperkenalkan ke ‘udang persenjataan’para ahli fisika. Salah satu alat terkuat ialah kalkulus, dimana perubahan yang terus menerus digambarkan melalui matematik. Setelah diberikan rancangan permulaan, masa depan bisa diramalkan atau dirancang ulang berdasarkan masa lalu. Langkah ini melengkapi perubahan perhatian sedikit demi sedikit pada pola piker ilmuwan tentang ‘alam’ sebenarnya dari dunia yang mereka pelajari.

Diantara banyak prestasi Newton, ada satu yang masih dalam tinjauan, yang merupakan penemuan terbesar untuk pemikiran di masa depan tentang ‘Hukum Alam’ ialah ‘Hukum Gravitasi’.

Pada penemuan ini, Newton menggunakan dengan baik penemuan penting sebelumnya tentang pergerakan angkasa yang dibuat oleh Kepler dan yang lainnya. Newton menyadari hukum semacam ini pada pertengahan 1660. Pada masa kreatif ini, ia menulis hampir satu abad kemudian bahwa, “Saya menarik kesimpulan bahwa kekuatan yang menjaga planet-planet pada orbitnya pasti [harus] berbanding terbalik [sama] dengan luas dari jarak mereka dengan pusat dimana mereka berevolusi”.
Akan tetapi, versi tertulis pertama dari hukum gravitasi Newton yang ditemukan, dimuat di sebuah naskah tanpa judul dan tidak dipublikasikan yang sekarang diberi judul On Circular Motion yang mungkin ditulis pada tahun 1665 masehi. Naskah inilah yang disebutkan Newton dalam korespondensinya dengan Halley atas perhatiannya terhadap Hooke, dengan menghormati penemuan hukum luas-terbalik. Di sini, Newton yang berusia 23 tahun menarik kesimpulan ‘Hukum Luas-Terbalik’ dari ‘hukum’ ketiga Kepler tentang pergerakan planet. Newton juga menggunakan definisi dari kekuatan sentripetal yang diperlukan untuk menjaga gerakan berputar
dan menyimpulkan bahwa, “Karena di planet utama berpangkat tiga dari jarak mereka dari Matahari berbanding terbalik dengan luas dari jumlah revolusi pada waktu yang ditentukan (hukum ketiga Kepler): usaha yang berkurang dari Matahari akan berbanding terbalik dengan luas dari jarak dengan Matahari”.

Dengan memperkenalkan elemen kesatuan nilai ini dalam sebuah formula matematika, Newton mengambil langkah maju yang dramatis. Dia mengklaim bahwa semua tubuh, baik mereka di angkasa atau di luar angkasa adalah subjek yang sama dari ‘Hukum Alam’. Mereka semua merasakan kekuatan intrinsik yang sama dari gaya gravitasi tanpa peduli massa atau golongannya.

Dengan menyatukan semua efek dari gravitasi, Newton bertanggungjawab dalam mengidentifikasi ‘G’ sebagai ‘Kesatuan Nilai Alam’ di semua ‘Hukum Alam’. Kesatuan nilai ini masih dapat dipercaya sampai saat ini. Walaupu teori Newton tentang gaya gravitasi telah tersirat dalam teori Einstein tentang relativitas umum pada tahun 1915, teori baru ini masih memakai ‘kesatuan nilai’ G Newton pada kapasitas yang sama.

Apa yang dimaksud ketika kita mengatakan bahwa mengukur adalah sebuah ‘Kesatuan Nilai Alam’? Ini berarti itu adalah identitas dari sebuah tubuh yang mandiri dimana massa adalah M dan m, mandirinya semua properti fisik mereka dan semua kondisi fisik – waktu dan tempat pengukuran, temperatu dari laboratorium, dan sbg. Pengidentifikasian pengukuran semacam itu dimaksudkan untuk menempatkan ilmu pengetahuan di jalan yang berhasil. Sekarang hal itu terpusat pada sebuah pandangan dimana sebagian besar bagian pandangan kita tentang struktur dari alam semesta terkandung pada nilai numerik sejumlah kecil ‘Kesatuan Nilai Alam’ yang pokok dimana G Newton masih termasuk di dalamnya. Sejumlah nilai tertentu dimana jumlah diteliti untuk diambil, yang memberikan Alam kita kualitas fisik khusus. Walaupun, kita tidak tahu mengapa kesatuan nilai Alam mengandung nilai numerik khusus yang ada.

Pengenalan Newton tentang kesatuan nilai universal gravitasi mengangkat poin penting lainnya. Ketergantungan yang sebanding terhadap massa dan pemisahan adalah hubungan yang ditentukan secara teori yang berdasarkan prinsip dasar yang lebih banyak lagi, tetapi nilai dari sebuah keseimbangan kesatuan nilai hanya bisa didapat melalui penelitian. Pemisahan ‘Hukum Alam’ menjadi ketergantungan fungsional antara jumlah (di antara gaya, massa, dan jarak) dan kesatuan nilai universal yang proporsional, adalah ciri-ciri berkelanjutan ilmu pengetahuan dimana kita akan kembali lagi.

Dikatakan cukup bahwa tujuan dari para ahli fisika adalah untuk mengurangi jumlah ‘Kesatuan Nilai’ sampai titik minimum, dimana nilai harus ditentukan melalui penelitian yang sistematis dengan teori mereka. Dorongan ekonomi ini mencari dengan menunjukan apa yang kita pikirkan sebelumnya sebagai ‘Kesatuan Nilai Alam’ yang mandiri, ternyata berhubungan satu sama lain, atau ke jumlah mendasar yang bermacam-macam. Bagi para leluhur, dunia adalah organisme hidup, tetapi bagi Newton dan pengikutnya itu adalah suatu kesatuan mekanis – seperti hiasan dari sebuqah jam raksasa. Pekerjaannya murni, tepat, mekanis, dan matematis. Sekali dibuat untuk bergerak oleh yang Membuat, mereka terus bekerja mengikuti jalan pemikiran sendiri yang tak bisa ditawar.

Diana Tuhan dari para Scholastics adalah Omega, sang akibat akhir; Tuhan dari Newto adalah Alpha, sebab awal dari semuanya. Kepercayaan yang sangat kuat ini yang menentukan karakter dunia berhutang banyak kepada pemikiran religius pada jaman itu. Pemikiran umum orang Kristen melihat hanya ada satu Tuhan yang menentukan ‘Hukum Alam’ dan menegakkannya dengan kekuatannya, yang memicu kepercayaan kuat yang rasional, konsisten, dan dapat ditebak oleh alam. Bagaimanapun juga, hal itu dapat dikenali oleh hukum ini telah dikejar dan ditemukan setidaknya sebagian karena kepercayaan yang ‘Memberi – Hukum” Deity nyata. Sebagian perseteruan panjang Newton dengan Leibniz dikarenakan ide ini, dimana Leibniz mempunyai pikiran yang menghina Tuhan karena mereka memberi Deity kesempatan untuk campur tangan di alam setelah kejadian pertama Penciptaan.

Gambaran universal Newton yang pertama tentang fenomena alami digembar-gemborkan oleh pendukung prinsipnya yang telah menyingkap hukum pokok alam.
Penyingkapan atas properti universal itulah yang memberikan dukungan ke pembela religius William Whiston, yang menentang memberikan kesaksian kepada persatuan dan Pencipta, tetapi kepada Pencipta yang unik. Hal itu terlalu luar biasa untuk dilihat dari setiap situasi selain para realis dan menjadi dorongan utama paradigma mekanis yang baru dari mesin jam dunia, yang berjalan untuk memastikan aturan matematis. Setelah melihat fondasi dari pendekatan ke ilmu yang secara tersirat memiliki karakter para ahli ‘Berbicara – Inggris’ semenjak itu – perhatian diberikan untuk semua yang menggambarkan gambaran mekanis. Pendekatan kontinental secara tradisional menjadi lebih abstrak, tidak memerlukan sifat model mekanis dari fenomena yang rumit sebelum diklaim telah dimengerti. Sebuah gambaran matematika abstrak terkurangi. Hasrat Inggris untuk menggambarkan model adalah ciri-ciri psikologis yang terutama diwakili oleh Henri Poincar pada awal abad 20. Sebagai perwakilan yang berbeda dari hasrat Prancis untuk pemikiran yang abstrak, dia mengaku bahwa tidaklah perlu untuk mengurangi apapun untuk analogi mekanis yang sangat dicintai oleh para peneliti Inggris.

Kecintaan terhadap analogi mekanis sebagai alat untuk menjelaskan konsep fisik abstrak yang rumit , adalah kebaikan dan keburukan, yang masih mendominasi kepopuleran ilmu pengetahuan dalam bahasa Inggris. Ini, dalam berbagai cara mewarisi gaya Newtonian: pengurangan dari kebenaran besar tentang cara kerja Alam dengan menggunakan percobaan mekanis sederhana, dan percaya kepada paradigma bahwa Alam adalah mekanisme yang sangat hebat – dan dalam pandangan bahwa Tuhan, seperti Newton, adalah orang Inggris.

Pendekatan Newton pada penyelidikan Alam membawa kemajuan tunggal pada pengetahuan manusia akan cara kerja Alam semesta yang telah dipengaruhi oleh satu orang. Tetapi publikasi dari Philosophiae naturalis principia mathematica yang monunmental pada tahun 1687 dan Optiks (dalam bahasa Inggris) pada tahun 1704, telah membuat lebih dari sebuah revolusi pada pemikiran sientifik. Itu mengubah pemikiran yang non – ilmuwan sekalipun.

Principia menjadi buku ‘sekte’ ilmuwa yang pertama (ini adalah, buku yang membaca tentang, tetapi tidak membaca), dan menciptakan apa yang kami namakan ‘Newtonianism’. Hal ini memiliki banyak konsekuensi, yang paling menarik diantaranya adalah dimulainya pempopuleran ilmu pengetahuhan melalui publikasi penjelasan mendasar yang dirancang untuk orang awam. Sejumlah buku yang ditulis pada pertengahan pertama abad ke 18 untuk memuaskan ketertarikan public akan Newton dan temuannya. Pada permulaan tahun di abad itu, Newton telah membangun reputasi public yang tak tertandingi oleh semua ilmuwan Inggris sebelumnya. Dimana intelektual masa lalu telah tiba pada kesimpulan pokok yang menyangkut masalah Alam semesta dengan pernyataan yang kompleks dan kurang jelas, penglihatan Newton sangat luar biasa dimana ia memakai objek yang sederhana dan biasa. Contohnya, hukum dari optic diambil dari prisma sederhana, hukum gerak ditemukan dengan menjatuhkan benda ke tanah (bahkan apel, mungkin). Publik umum tidak mengerti penemuan ini (yang hanya disajikan untuk menambah mereka terpesona, sama seperti efek yang didapatkan oleh Einstein, tidak seperti kasus Darwin dimana public dapat mengerti dengan terlalu baik apa yang ia temukan), tetapi orang awam ingin mengetahui apa hal baru yang disebut ‘Newtonianism” itu.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Isaac Newton merupakan ilmuwan terbesar sepanjang masa yang telah memberikan sumbangan terhadap fisika berupa penemuan – penemuan seperti hukum – hukum pada gerak benda yang kita gunakan dan terapkan pada kehidupan sehari – hari.. Newton juga melahirkan teori tentang asal muasal bintang-bintang di langit seperti yang kita ketahui sekarang. Tak aneh jika kemudian ia juga dikenang sebagai astronom besar. Selain itu juga berawal dari jatuhnya buah apel yang menimpanya, Newton berhasil merumuskan Hukum Gravitasi Universal.

Dengan segala karya yang telah ia buat serta teka-teki alam yang sudah dia pecahkan, Isaac Newton memang sangat pantas menyandang gelar ilmuwan besar. Dan Newton dikenal dan diakui sebagai ilmuwan terbesar sepanjang masa.

B. SARAN

Isaac Newton hanya manusia, kitapun manusia. Newton bisa menjadi ilmuwan terbesar sepanjang masa dan juga menjadi astronom besar karena dia cerdas, kreatif, ide-idenya brilian dan tidak mudah putus asa. Bila kita ingin menjadi terkenal seperti Newton serta dapat menemukan penemuan yang sangat bermanfaat seperti Newton, maka kita pun harus kreatif, rajin belajar, kritis, aktif, dan tidak malas.

Selamat menemukan tantangan-tantangan untuk menjadi seseorang yang brilian dan dikenang dapat sepanjang masa.

DAFTAR PUSTAKA:

Id.wikipedia.org/wiki/Isaac-Newton

Politisimuslim.wordpress.com/dunia mekanika-newton

Alfurqon, Ahmad. www. Fisikanet.ipi.go.id/utama.cgi


ANIMASI

Untuk memudahkan menguasai konsep-konsep listrik statis dan listrik dinamis yang proses fisika tidak bisa diamati secara langsung, berikut animasi dan simulasinya. Anda dapat mendownloadnya secara cuma-cuma..

LISTRIK STATIS:

1. Elektroskup

2. Petir

LISTRIK DINAMIS:

1. Ohm\'s Law

2. Circuit Construction Kit (AC+DC)

3. Circuit Construction Kit (DC Only)

MATERI

ALAT UKUR ARUS LISTRIK

I. Ampermeter

Ampermeter merupakan alat untuk mengukur arus listrik. Bagian terpenting dari Ampermeter adalah galvanometer. Galvanometer bekerja dengan prinsip gaya antara medan magnet dan kumparan berarus.

Galvanometer dapat digunakan langsung untuk mengukur kuat arus searah yang kecil. Semakin besar arus yang melewati kumparan semakin besar simpangan pada galvanometer. Cara kerja galvanometer ini akan dibahas lebih lanjut pada saat Anda mempelajari medan magnetik di kelas XII jurusan IPA.

Ampermeter terdiri dari galvanometer yang dihubungkan paralel dengan resistor yang mempunyai hambatan rendah. Tujuannya adalah untuk menaikan batas ukur ampermeter. Hasil pengukuran akan dapat terbaca pada skala yang ada pada ampermeter.


II. Voltmeter

Voltmeter adalah alat untuk mengukur tegangan listrik atau beda potensial antara dua titik. Voltmeter juga menggunakan galvanometer yang dihubungkan seri dengan resistor. Coba Anda bedakan dengan Ampermeter!
Beda antara Voltmeter dengan Ampermeter adalah sebagai berikut:
1. Ampermeter merupakan galvanometer yang dirangkai dengan hambatan shunt secara seri, Voltmeter secara paralel.
2. Hambatan Shunt yang dipasang pada Ampermeter nilainya kecil sedangkan pada Voltmeter sangat besar.

Bagaimana menggunakan Voltmeter?
Menggunakan Voltmeter berbeda dengan menggunakan Ampermeter, dalam menggunakan Voltmeter harus dipasang paralel pada kedua ujung yang akan dicari beda tegangannya.

III. Ohmmeter / Ohm Meter

Ohm meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur hambatan listrik yang merupakan suatu daya yang mampu menahan aliran listrik pada konduktor. Alat tersebut menggunakan galvanometer untuk melihat besarnya arus listrik yang kemudian dikalibrasi ke satuan ohm.